Jumat, 30 September 2022

Cara Orang Tua Menerjemah Bahasa Bayi


Pengalaman setiap orang dalam proses penerjemah kalimat yang tidak lazim digunakan dalam struktur bahasa hampir dialami oleh setiap orang. Menerjemah bukan semata-mata mengganti teks dengan bahasa tertentu, akan tetapi lebih dari itu memberikan penafsiran dan sekaligus menerapkan dalam kesepahaman pemikiran. Berikut adalah ilustrasi yang dapat dianlisis sebagai proses penerjemahan alamiyah tak terstruktur.

Bayi Anda yang berusia 10 bulan menunjuk sesuatu di atas meja dan mengatakan "Gah!" Jika Anda tidak mengerti, ia menunjuk lagi dan mengulangi "Gah!" secara terus-menerus. Anak Anda tahu betul apa yang sedang ia coba katakan; hanya ia tidak berbicara dalam bahasa Anda. Bagaimana Anda bisa memahaminya? Bagaimana Anda menjadi juru bahasa yang cakap un tuk bahasa bayi Anda? Dengan berulang kali mencoba-coba: Anda mengambil setiap benda yang ada di atas meja, memperlihatkan pada anak Anda dengan pandangan bertanya, dan mengatakan, "Ini?" (atau "Gah?"). Berdasarkan pengetahuan Anda tentang bahasa lain, tentu saja, Anda membuat asumsi tertentu yang menuntun tebakan Anda. Misalnya, Anda mengasumsikan "Gah" mungkin sebuah kata benda, mengarah pada benda tertentu di atas meja, atau sebuah kata kerja ("Berikan!"), atau kalimat perintah ("Beri kan benda yang aku inginkan!"). Orang tua biasanya menjadi juru bahasa yang terampil untuk bahasa bayi nya yang sangat cepat. Anak terus-menerus mencoba kata dan frasa baru yang memerlukan abduksi baru, tetapi pengalaman berulang-ulang dengan kata dan frasa lama dengan cepat menambah kecakapan orang tua dalam berbahasa B dan dengan kalem menerje mahkannya bagi para tamu yang hanya mendengar bunyi-bunyian yang tidak ada artinya.

Penutur asli (native) bahasa yang benar-benar mahir tidak selalu menggunakan bahasa dengan cara yang beberapa pengamat senang menyebutnya sebagai "rasional". Mereka tidak mengatakan apa yang mereka maksudkan, mengabaikan informasi penting, menyembunyi kan tujuan yang sebenarnya, berbohong, melebih-lebihkan, menggunakan ironi atau sarkasme, dan berbicara dengan bahasa kiasan. Ahli filsafat Inggris, Paul Grice (1989:22-40), yang terkenal sebagai pendiri ilmu pragmatik linguistis, dalam ceramah berjudul "Logic and Conversation (Logika dan Percakapan)" mencoba dengan baik sekali menjelaskan secara tepat bagaimana kita bisa mengerti pembicara yang "melanggar" kaidah rasional percakapan. Bagi Grice, pendengar yang melakukan tebakan pintar atau abduksi, belumlah memadai. Harus ada suatu "prosedur" yang di ikuti, serangkaian langkah yang akan mengarahkan juru bahasa untuk menafsirkan ucapan yang tidak je las dengan benar. Jelas bahwa ada sesuatu dalam hal ini. Jarang kita tidak tahu apa-apa tatkala menebak maksud orang lain. Namun, Grice juga terlalu keras menekankan persoalannya. Kenyataan bahwa kita se ring sekali keliru menebak mengingatkan kita bahwa memahami ungkapan yang sulit dimengerti (atau me lakukan "abduksi") membutuhkan banyak campur ta ngan imajinasi kreatif, intuisi, dan nasib mujur belaka yang sama banyaknya dengan bila kita melakukan prosedur rasional (lihat Robinson 1986). Mempelajari bahasa asing jelas memerlukan ribuan tebakan atau abduksi.

Tentu saja, penerjemah selalu menemukan kata kata yang belum pernah ditemui sebelumnya, kata yang tidak terdapat di dalam kamusnya, kata yang besok harus sudah mereka temukan padanannya yang tepat dalam bahasa sasaran.

Penerjemahan pada tingkat ini berlangsung lambat dan sulit. Penerjemah bisa melewatkan berjam-jam untuk menemukan kata sulit: menelusuri kamus-kamus di rak dan online, menelepon, mengirim pesan, dan e-mail kepada teman dan kenalan yang mungkin mengetahuinya, menelepon agen atau klien dan memohon bantuan. Penerjemah mungkin membenci atau menyukai bagian dari pekerjaan ini, tetapi penerjemah yang tidak mau melakukannya tidak akan bertahan lama dalam profesi ini. Penerjemah jarang dibayar perjam, melainkan bayaran perkata; artinya, bayaran untuk satu kata yang perlu waktu berjam-jam untuk menemukannya sama dengan bayaran untuk menemukan kata "the" atau "and". Oleh sebab itu, motivasi secara finansial untuk menemukan kata yang tepat hampir tidak ada. Berbagai alasan untuk meneruskan pencarian tersebut, walaupun mengurangi imbalan finansialnya hanyalah etika penerjemah, tekad seorang profesional untuk menyerahkan terjemahan yang akurat dan tepat selebihnya adalah harga diri profesional. 

Kebutuhan penerjemah untuk merasa nyaman dengan pekerjaan yang dilakukannya, perhatian pragmatis pada bisnis yang berulang dari agen atau klien yang senang dengan hasil kerja penerjemah akan menghubunginya lagi, dan rasa cinta terhadap bahasa yang menghasilkan kepuasan mendalam saat berburu kata atau "ketepatan" kata yang tepat, atau keduanya.


Jasa Penerjemah Tersumpah Bandung

Bandung, sebagai kota metropolitan dengan aktivitas bisnis dan pendidikan yang tinggi, tentu membutuhkan jasa penerjemah tersumpah yang prof...